Sejarah Desa


Berdasar kan Prasasti Desa Kelandis Nomber 1001 Tahun 1079-1088,pada itu di Bali diperintah Raja Sri Walaprabu. Mengingat jumblah Penduduk Desa Pakwa sudah banyak maka atas permohonan para tokoh masyarakat berdiri sendiri dan lepas dari Desa Bengkala yang kemudian menjadi Desa Pakisan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
          Di sebelah Utara        : Munti
          Di sebelah Timur       : banyu Milab atau Tika Ilad
          Di sebelah Selatan     : Bayu Barengbeng ( galungan )
          Di sebelah Barat        : Banyu Gelung/Tukad Gelung

Arti Nama dan Sejarah Desa Pakisan
Menurut penuturan secara turun - menurun dari para sepuluh Desa Pakisan yang sangat dapat di percaya bahwa nama Pakisan berawaldari kata Pakisan yang artinya Titipan.
Menurut cerita para sesepuh  Desa Pakisan dihuni oleh pendudk asli yang sekarang menjadi warga Desa Pakraman  Keladis ( Desa Tua )Kemudian ada para pedagang dari Desa Batur yang sering datang ke wilayah Desa Pakisan secara rombongan dengan mengajak keluarganya dalam waktu yang culup lama. Mengingat jarak yaitu begitu jauh belum lagi sarana transportasi belum ada maka sering kali para pedagang dari Desa Batur itu menitipkan  (ngingsanang = Pakinsan )keluarganya di Desa Pakisan.Seiring berjalannya waktu lama kelamaan terjadi perkawinan antara para pedagang dari Desa Batur itu dengan penduduk asli , bahkan semakin banyak para pedagang yang menetap di wilayah Pakisan dan lama kelamaan mereka berkembang lebih pesat dari penduduk asli. Dan menurut cerita akhirnya para penduduk asli karena kalah bersaing dalam segala hal. Akhirnya mengungsi ke tempat yang lebih tinggi / sepi yaitu ke daerah perbukitan yang kini menjadi Deas Pakraman Keladis.
Buklti – bukti yang mendukung dulunya wilayang Pakisan itu didiami oleh warga Keladis adalah adanya Pura Tanah Inci dan hamoir semua Tanah dan Sawah yang ada di sekitar Pura Tanah Inci tersebut samoai saat ini masih dimiliki oleh Desa Adat Keladis.
Sedangkan bukti yang menguatkan hubungan Desa Pakisan dengan Desa Batur adalah sampai sekarang setiap ada upacara di Pura Batur warga Desa Pakisan selalu ngayah dan sebaliknya setiap ada  upacara piodalan di Desa Pakisan selalu Nunas Tirta ke Desa Batur. Dan yang paling meyakinkan adalah adanya tradisi Upacara Ratu Simpang  yaitu dimana setiap adanya pergantian sulinggih yang disebut  dengan Jero Gede di Desa Batur maka harus disertai dengan prosesi upacara Melancaran ke desa – desa  yang memiliki  hubungan historis oleh seluruh Krama Desa Adat Batur untuk mengiringi perjalanan suci Jero Gede Melancaran. Dan sebagai penutup prosesi upacara tersebut dimana Sang Sulinggih  atau Jero Gede harus Simpang / Mampir di Desa Pakisan selama tiga hari tiga malam di Pura Agung  (Pura Desa) Pakisan , sebelum kembali ke Desa Batur.Dan upacara ini telah berlangsung 3 kali dalam kurun waktu raturan tahun.
Demikian sekilas tentang arti nama sejarah Desa pakisan yang dapat kami sampaikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dalam perkembangan selanjutnya sudah tentu sejak awal dari berdirinya Desa Pakisan umunya mempunyai pemuka – pemuka / tokoh – tokoh yang menjadi pemimpin di masyarakat sehingga perlu kami catat sejarah Desa Pakisan.